Hari itu, aku masih ingat sekali, hari kamis, 4 Januari 2024. Aku duduk dengan Zaleo di tepi laut sambil makan kacang kulit, minumnya nescafe ice black.
“Gabut, hidup flat kali,” keluhku di barengi dengan tawa Zaleo dan suara ombak.
“Kau udah berapa lama tak pacaran? Eh, baru pacaran pertama kali kemarin ya. Tapi maksud aku tu dekat sama orang.”
“Malas kali, real life kayak pantek semua.”
Zaleo ketawa. “Kau bilang flat, carilah virtual sana. Kau biasa cepat dapat pacar di virtual.”
Aku bukan tipikal yang suka bawa diri ke virtual, gitu juga sebaliknya. Tapi aku bosan, jadi yang ku coba itu main Rp — lagi. Setelah 3 tahun ga pernah main.
Pulangnya, aku login akun baru, tata sana sini. Bodo amat berantakan, yang penting cari pacar dulu, remaja kesepian. Satu, dua, tiga, seterusnya ada yang ngeghosting atau aku yang ghosting, lol.
Sampai seminggu kemudian. Kamis, 11 Januari 2024. Entah berapa muse yang ku rasa ga cocok, tapi ngebet dapat muse Sunoo yang lucu — mampus. Kenapa ga cewe? Sebenarnya sama aja, mau siapa juga, tapi maksudku itu yang cocok dan sefrekuensi.
Malamnya, aku nongkrong di luar. Udah pada selesai ngegame, gabut juga jam 1 malam cuma nyebat sambil deep talk asbun dan main hp.
“Gimana? Udah dapat?” Zaleo nanya.
Aku cuma naikin bahu, yang lain cuma natap penuh tanya. “Dapat apa?” tanya Iok.
“Kepo kau babi,” kataku nyolot, bercanda.
“Nyolot kali si bodat ini, ga dapat jodoh kau nanti.”
Aku cuma jawab, “Ya udah, aku pun ga mau nikah.”
Hebohlah itu, aku di ceramahin panjang lebar. Haris paling heboh, “Laki-laki itu wajib nikah, anjing. Nafsu laki-laki itu bahaya, makanya wajib nikah!”
“Ga boleh ngomong gitu, ja. Nanti kalau tua siapa yang ngurusin kau? Nanti kami dah ngentot, kau belum. Masa iya tua sendirian.”
Mikirnya kejauhan padahal belum tentu sampai tua, udahlah biarin aja anjing-anjing itu. Peliharaan kadang emang liar betul, beda pemikiran.
Datanglah malam itu yang namanya — idk, susah namanya tapi ternyata yang dateng itu adek Rayi. Ngobrol jam 2 malam sampe dia bobo, 8/10 soalnya langsung bonding. Tapi, aku ga mau ngarep dulu.
Besoknya, aku ga ngarep apa-apa karena dia bilang bakal sibuk soalnya anak aktif — idamanku, my type please marry me. Sorenya, dia ngechat lagi, bersyukur banget aku soalnya udah bonding ke dia.
Ngobrol lama, momen kocak di sini. “Bagi duit buat beli cimol.”
Aku bacanya ketawa banget, bisa-bisanya balita malakin abang-abang. Ku iyain, tapi dia shock. Terus aku ada ngomong.
“Makanya pacaran sama gue, dunia dan seisinya pun gue kasih.”
Ini serius ygy, dianya juga mau — tapi ku suruh nunggu besoknya biar sekali di kasih uang cimol. Malamnya nyuruh pulang cepat, tak turutin. Tapi pas udah sampai rumah, aku ketiduran selesai cuci kaki dan tangan. Bangun pagi udah banyak chat dia ngomel bilang ngeghosting, yakali.
Paginya ngobrol lagi, hal gemesnya dia bilang ‘Kangen ☹’, ga kuat sama yang gemas-gemas — mau lambaikan tangan waktu itu. Banyak ngobrol, izin mau birthday temen. Sorenya di transferin uang cimolnya, after we started and now we’ve been 6 months apart.
Fi aku ke adek itu gemes, cantik, lembut, baik, pinter, kecil, kek bayi kalau keinjek gimana dah kan. Lemah banget lagi kek matanya itu berbinar meminta untuk di lindungi, lucukan pacarku? Iyalah, pacar ejaa. Aku aja tampan dan mapan, pacarku harus cantik dan baik.
“LAH KAU DEKAT SAMA SIAPA TIBA TIBA BILANG UDAH PUNYA PACAR?” teriak Ilham kenceng di kostnya sambil megang kepalanya shock — salah aku yang ga ada angin, hujan, petir, tiba-tiba punya pacar.
Yang lain? Sama aja shocknya, tapi ujungnya minta pajak jadian KONTOL.
— Reza